Mastura Azzura Dunia Elektro: Sistem Distribusi |Elektro Unimal|Teknik Elektro Malikussaleh
Showing posts with label Sistem Distribusi. Show all posts
Showing posts with label Sistem Distribusi. Show all posts

Thursday, June 20, 2013

Bagian-Bagian Utama Saluran Transmisi Udara

Posted by Aim on 2:18 AM with 1 comment
Adapun komponen utama dari saluran transmisi udara, terdiri dari beberapa bagian utama, antara lain:


Menara atau Tiang Transmisi


Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi, yang biasa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertualang dan tiang kayu. Tiang-tiang baja, beton, atau kayu biasanya digunakan pada saluran-saluran dengan tegangan kerja relatif rendah (dibawah 70 KV) sedang untuk saluran transmisi tegangan tinggi atau ekstra tinggi digunakan menara baja, lihat gambar 1.1. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu: menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan dan menara transposisi.

Isolator - Isolator

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal tiga jenis isolator, yaitu: isolator jenis pasak, isolator jenis pos-saluran dan isolator gantung.


  • Isolator jenis pasak dan saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 KV0).
  • Isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.


Kawat Penghantar


Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah
  1. Tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%)
  2. Tembaga dengan konduktivites 97,5% (CU 97,5%)A
  3. Aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%). 
Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambing sebagai berikut:

  • AAC  = ”All-Aluminium Conductor”, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium.
  • AAAC = ”All-Aluminium-Alloy Conductor”, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
  • ACSR = ”Aluminium Conductor, Steel-Reinforced”, yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat baja.
  • ACAR = ”Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced’, yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya adalah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (Aluminium Alloy).

Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara dua tiang atau menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Kawat Tanah


Kawat tanah atau “ground wires” juga disebut sebagai kawat pelindung (“shield wires”) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah pada umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ASCR.




Friday, June 14, 2013

Gangguan Pada Sistem Distribusi

Posted by Aim on 11:55 AM with No comments

Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem adalah masalah gangguan, baik yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan didalam sirkuit listrik yang menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya.

1. Macam – macam gangguan

Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :

a. Gangguan intern (dari dalam):

yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada pembangkit dan lain - lain.

b. Gangguan extern (dari luar)

yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang dan sebagainya.

c. Gangguan karena faktor manusia

yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator, ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.

2. Akibat gangguan

Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :

a. Beban lebih

Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan peralatan sistem.

b. Hubung singkat

Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.

c. Tegangan lebih

Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan beban. Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja petir dan surja hubung / switching.

d. Hilangnya sumber tenaga


Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB bekerja dan jaringan terputus dari pembangkit.

Optimasi Sistem Distribusi

Posted by Aim on 11:41 AM with 1 comment

Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :

  1. Daya terpasang tidak berlebihan.
  2. Beban tidak terlalu kecil.
  3. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
  4. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
  5. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
  6. Secara ekonomis menguntungkan.
  7. Susut umur peralatan sesuai rencana.

Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :

1. Kawat penghantar

Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.

2. Trafo Distribusi

Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :

  a. Pengaman TM terdiri dari :
  • Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
  • Arester 18 kV, 5 kA
  • Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai  pembumiannya.

b. Pengaman TR terdiri dari :
  • Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau sama dengan 50 kVA.

Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan trafo CSP.

Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.

Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.


Manuver Jaringan Distribusi

Posted by Aim on 11:17 AM with 4 comments
Manuver atau memanipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :

  1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan  bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
  2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.

Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.

Peralatan tersebut antara lain yaitu :

1. Pemutus Tenaga (PMT)

PMT
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :

  • Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
  • Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
  • Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
  • Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
  • Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
  • Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current)
  • Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.

PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :

- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)

Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).

2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah

Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.

Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
 
Disconecting Switch (DS)


3. Air Break Switch (ABSw)

Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . 

Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. 

Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
 
Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW


Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.

ABSW terdiri dari :

1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel

4. Load Break Switch (LBS)

Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

 
Load Break Switch ( LBS )


5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )

Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu

Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
  • Recloser 1 fasa
  • Recloser 3 fasa

Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
  • Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
  • Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah



Recloser

sumber:
http://dayatthepieceofworld.blogspot.com  
http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2011/11/ayo-sama-sama-belajar-3_10.html



Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi

Posted by Aim on 10:47 AM with No comments

Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.

Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
  • Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
  • Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
  • Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
  • Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
  • Mengawasi jaringan secara kontinyu.
  • Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
  • Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.

Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.


Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia.

Sumber : 
http://dayatthepieceofworld.blogspot.com 
http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2011/11/ayo-sama-sama-belajar-3_10.html


Operasi Sistem Distribusi

Posted by Aim on 10:36 AM with No comments




Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya.

Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :

1. Mutu Listrik

Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.

2. Keandalan Penyaluran Tenaga Listrik

Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ).

3. Keamanan dan Keselamatan

Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.

4. Biaya Pengoperasian

Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.

5. Kepuasan Pelanggan


Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.


Sumber : 
http://dayatthepieceofworld.blogspot.com

http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2011/11/ayo-sama-sama-belajar-3_10.html
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen.

Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.

Berdasarkan Tegangan Pengenal

Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

  1. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
  2. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.


Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer

Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:

a. Jaringan Distribusi Pola Radial.

Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.

Pola jaringan radial



b. Jaringan Distribusi Pola Loop


Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula.
Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).

Pola Jaringan Loop


 c. Jaringan Distribusi Pola Grid

Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.

Pola Jaringan Grid
  


Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:

  • Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
  • Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
  • Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.

Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang juga mahal.

d. Jaringan Distribusi Pola Spindel

Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban.
Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar ( 4.5 )

Sistem Jaringan Spindel


Keuntungan pola jaringan ini adalah :
Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial.
Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
  • Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
  • Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
  • Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.

sumber:
  • http://dayatthepieceofworld.blogspot.com
  • http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2011/11/ayo-sama-sama-belajar-3_10.html

Thursday, May 30, 2013

Load flow ( aliran muatan )

Posted by Aim on 2:41 AM with 1 comment

Analisa pada keadaan yang  normal ketika sistem tenaga terhubung pada saat operasi yang normal. Sistem tenaga di asumsikan akan dioperasikan dalam keadaan yang seimbang dan dapat direpresentasikan menjadi diagram satu garis. Sistem tenaga listik terdiri dari ribuan bus dan nilai impedansi  menggunakan per-unit dengan MVA base yang sama.

Studi aliran daya penting untuk perencanaan, operasi ekonomi, penjadwalan dan perubahan antara utilitas daya.  Aliran daya juga dibutuhkan untuk analisis yang lain seperti 
  • stabilitas transien, 
  • stabilitas dinamis, 
  • kontigensi dan 
  • perkiraan keadaan normal.  
Klasifikasi bus
Empat kuantitas yang diasosiasikan pada setiap bus. Yaitu 
  • tegangan (V)
  • sudut fasa δ
  • daya nyata P, dan
  • daya reaktif Q.


Slack bus


diketahui sebagai swing bus dan diambil sebagai referensi dimana besar dan sudut fasa dari tegangan harus spesifik.


Load buses :


diketahui bus PQ. Pada bus daya nyata dan reaktif harus sesifik.


Voltage controlled buses:


dikethui sebagai bus generator atau bus regulasi atau bus P-|V|. Pada bus ini daya nyata dan besar tegangan harus spesifik. 

Matrik admittance bus

Untuk penyederhanaan tahanan jaringan diabaikan dan impedansi ditunjukkan pada gambar berikut dan dituangkan dalam satuan per-unit pada MVA base bersama.

Node 0 digunkan sebagai referensi


Node 1, 2, 3, 4 diperoleh 

penjabaran
Bila

Penjumlahan node di kecilkan menjadi


Pada gambar di atas tidak ada hubungan antara node/titik  bus 1 dan 4,
sehingga 

Y14 = Y41 = 0 sama dengan Y24=Y42 = 0, 

begitu juga pada kasus

I3 = 0, I4=0

sehingga diperoleh matrik. 


Secara umum
Dimana:
Vbus = vektor tegangan bus
Ibus  = vektor dari injeksi arus
Ybus = matrik admitasi

Elemen diagonal dari matrik Y diketahui sebagai admitasi sendiri 


Diagonal elemen matrik Y diketahui sebagai transfer admitansi atau mutual admitansi
Vbus dapat dihitung

Elemen matrik dapat dituliskan menjadi
Jadi Y bus