Logika fuzzy merupakan konsep yang
relatif baru di dalam teori kendali. Pada dasarnya konsep inin hanya merupakan
penerimaan kembali terhadap prinsip-prinsip yang telah ada dari awal kehidupan
manusia.,besaran-besaran dalam kehidupan manusia biasanya tidak berupa
“seluruhnya atau tidak sama sekali” atau “hitam atau putih” tetapi merupakan
besaran-besaran yang berada diantara hal-hal yang ekstrim.
Sebagai contoh, jika
kita memakan satu buah apel sedikit demi sedikit, pada keadaan mana buah apel
tersebut dapat dikatakan bukan buah apel lagi? Setelah matahari terbenam, kapan
tepatnya kita harus menyalakan lampu depan mobil kita?
Sistim kendali tradisional (PID) dapat
menangani perubahan-perubahan masukan, namun penanganannya dilakukan dengan
cara yang sangat bersifat satu dimensi, dalam hal ini hanya dengan menggunakan
persamaan atau model matematis. Sebagai contoh, suatu pengendali proporsional
dapat menanggapi suatu nilai dengan rentang antara 0 hingga 100%, namun cara
penanganannya akan tetap sama, yakni melakukan perkalian dengan KP. Sebaliknya,
pengendali-pengendali logika fuzzy dimodelkan mengikuti cara-cara berpikir
alamiah dari manusia untuk memperoleh pemecahan suatu masalah:
- Kita menggunakan metode pemecahan masalah (aturan-aturan) yang berbeda-beda, tergantung kepada besarnya pemicu yang kita terima. Dengan kata lain, kita mungkin akan memiliki dua atau tiga jenis reaksi yang berbeda untuk suatu masalah umum yang sama, namun, reaksi tertentu yang kita pilih akan tergantung kepada pemicu atau alas an utama pada saat itu.
- Kita sering menggunakan lebih dari satu aturan pada waktu yang sama untuk suatu masalah tunggal, sehingga arah penyelesaian merupakan suatu kombinasi dari aturan-aturan tersebut, masing-masing diberikan bobot yang berbeda-beda sesuai dengan alas an yang ada.
- Kita menerima sekian banyak ketidak-tepatan yang mengarahkan kita untuk menemukan solusi yang dapat digunakan terhadap masalah-masalah yang tidak dapat didefenisikan dengan pasti dan dengan waktu berfikir yang lebih sedikit dari pada waktu yang diperlukan untuk memperoleh pemecahan yang tepat.
Point yang pertama:
memakai metodologi pemecahan
masalah yang berbeda untuk masalah yang sama, dengan kata lain seseorang
memiliki pola pandang yang berbeda-beda untuk masalah umum yang sama.
Sebagai contoh, kita dapat memiliki aksi
yang berbeda bila menghadapi suhu udara dingin, yang bisa kita rasakan sebagai
suhu yang menyegarkan atau yang terlalu dingin untuk berlama-lama disana tanpa
baju hangat. Untuk kondisi udara dingin yang menyegarkan kita mungkin akan
membuka semua jendela dan menarik nafas dalam-dalam untuk menikmati kesegaran
udara. Sedangkan yang kedua, kita mungkin akan mengenakan baju hangat untuk
mengatasi rasa dingin akibat udara sekitar kita.
Point yang kedua:
lebih sering memakai
lebih dari satu aturan untuk masalah yang sama pada saat yang bersamaan. Arah
pemilihan penyelesaian yang kita pilih pada akhirnya merupakan gabungan atau
kombinasi dari aturan-aturan tersebut, dan diberikan bobot yang berbeda-beda
sesuai dengan alasan atau motivasi yang kita miliki. Sebagai contoh, pada saat
suhu turun menjadi 65° F, kita mungkin akan merasakannya sebagai sesuatu yang
terlalu dingin atau kita dapat merasakannya sebagai sesuatu yang menyegarkan, dalam hal ini kita akan mencari baju hangat jika kita merasa terlalu dingin.
Point yang ketiga:
Menerima sekian
banyak ketidak-tepatan yang merupakan hal yang sangat penting yang membantu
kita untuk mencapai suatu pemecahan masalah.
Tinjau masalah memarkirkan mobil.
Kebanyakan orang dapat memarkirkan mobilnya dalam waktu 1 – 2 menit dan
melakukannya dengan baik – mobil akan berada pada tempatnya. Namun, masalahnya
akan berbeda jika kita diminta untuk memarkir mobil dengan persyaratan seperti
12 in dari batas aspal jalan. Tidak akan ada orang yang mampu untuk
melaksanakan hal ini, jika tidak dibantu dengan memasang sensor jarak yang
sesuai pada mobil yang akan diparkir tersebut. Tanpa alat Bantu, mungkin
diperlukan waktu berbulan-bulan untuk dapat memarkir mobil dengan jarak yang
tepat seperti yang ditentukan.
Sistim kendali (umumnya mekanisme servo)
secara tradisional didasarkan kepada model matematika yang presisi (dan rumit).
Walaupun demikian, dalam kenyataannya, sistim yang aktual tidak pernah
merupakan representasi yang tepat dari modelnya (sistim-sistim yang nyata
dipengaruhi oleh masalah-masalah non-linier yang tidak sepenuhnya dipahami) sehingga waktu yang dipakai oleh pengendali untuk mendapatkan solusi yang
pasti hingga suatu model hipotesa yang tidak akurat merupakan waktu yang tidak
digunakan dengan baik dan yang juga tidak selamanya memberikan jawaban yang
terbaik.
Suatu pengendali logika fuzzy meniru
pengetahuan dan cara berpiikir dari seorang operator dalam mengendalikan
sesuatu. Dalam hal ini, dengan menggunakan aturan-aturan kendali yang sesuai
untuk situasi tertentu, yang saling tumpang tindih atau bahkan saling
berlawanan satu dengan yang lainnya.
Keputusan akhir aksi yang harus diambil
dikenal sebgai proses penilaian yang merupakan kombinasi dari keseluruhan
factor yang relevan. Pengendali mengambil keputusan pengendalian dalam sistim kendali umpan balik tradisional berdasarkan model matematika dari suatu proses atau untuk kasus pengendali PID,
digunakan suatu kumpulan hubungan-hubungan matematik yang tetap. Dari sistim kendali logika fuzzy, dalam proses kerjanya,
pengendali logika fuzzy menggunakan suatu kumpulan aturan-aturan yang
ditetapkan dengan bantuan operator berpengalaman atau seorang ahli teknik dari
sistim. Blok yang diberi nama “Quantisizer” mengambil data dari sensor dan
mengubahnya menjadi dalam bentuk yang dapat digunakan oleh pengendali logika
fuzzy.
Contoh:
Data dari sensor suhu
dapat diubah dari besaran derajat menjadi predikat fuzzy seperti hangat,
menyegarkan, dingin dan sangat dingin. Keluaran dari pengendali logika fuzzy
merupakan suatu kumpulan atau suatu rentang respons. Walaupin demikian, karena
aktuator memerlukan besaran sinyal yang spesifik, seperti tegangan listrik pada
motor listrik, maka hal ini dilakukan oleh bagian “Defuzzifier”. Blok ini akan memproses respons multilevel menjadi sinyal kendali
yang spesifik (crisp) untuk aktuator.
Logika fuzzy pertama kali dikemukakan
oleh L. A. Zadeh yang bekerja di Berkeley AS pada tahun 1965. Namun demikian,
industri di Jepang yang mengembangkan ide ini hingga menjadi aplikasi kendali
logika fuzzy yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aplikasi
utama kendali logika fuzzy digunakan untuk sistim kendali kereta api di kota
Sendai, Jepang. Hasil kendali yang ditunjukkan oleh kendali fuzzy ternyata
lebih baik dari kerja pengendali-pengendali tradisional. Sebagai contoh,
gerbong kereta dengan pintu dapat berhenti dengan ketelitian tinggi pada
pelataran stasiun, selain itu pada awal kereta bergerak penumpang
hampir tidak merasakan lonjakan akibat penigkatan kecepatan yang dilakukan oleh
kereta.
Contoh aplikasi lain adalah sistim transmisi gigi otomatis pada
mobil-mobil Nissan, Honda, dan lain-lain. Penggunaan sistim ini pada mobil
Nissan diklaim dapat mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 12-17%. Sistim
transmisi konvensional dirancang berdasarkan kepada kecepatan tertentu dan
kondisi mesin, yang menyebabkan sering terjadi proses pemindahan gigi.
Pengemudi biasanya tidak terlalu sering melakukan perubahan gigi fan juga
pemindahan gigi yang dilakukan tidak selalu pada kecepatan yang sama, terutama
pada saat di tanjakan. Pengendali logika fuzzy yang digunakan pada mesin cuci
mengatur banyaknya air, banyaknya sabun, waktu siklus berdasarkan seberapa
kotor dan seberapa banyak pakaian yang dicuci.
Contoh Sistim Dengan Satu Input
Untuk memahami bagaimana pengendali
logika fuzzy bekerja, tinjau suatu sistim kendali sederhana yang digunakan
untuk mengatur suhu ruangan. Sistim ini terdiri dari ruangan, pemanas gas,
sensor suhu dan pengendali logika fuzzy (Gambar 1.38). Pemanasan dengan pemanas
gas diatur dengan memutar tombol dari posisi off ke on sepenuhnya, dimana
tombol memiliki 10 skala dari posisi off hingga on penuh. Pengendali fuzzy akan
mengambil contoh besarnya suhu yang diukur oleh sensor, dan selanjutnya
berdasarkan sekumpulan aturan, pengendali akan melakukan pengaturan tombol gas.
Dalam hal ini pengendali bertugas untuk mempertahankan suhu ruangan pada 70° F.
Untuk ringkasnya, didefenisikan hanya
tiga kondisi suhu: hangat, sedang dan dingin. Setiap kondisi, yang terlihat dalam bentuk segitiga dan disebut sebagai fungsi
keanggotaan karena mewakili suatu rentang suhu yang masuk kedalam kategori yang
sama. Sebagai contoh, kita dapat saja mengatakan bahwa (untuk ukuran manusia)
suhu sedang (medium) berkisar antara 60 – 80° F, dalam rentang ini kita akan
memilih suhu 70° F sebagai yang paling mendekati (nilai tengah rentang suhu
sedang). Sedangkan suhu dibawah 66° dapat didefeniskan sebagai kategori dingin
(cool). Terminologi medium dan cool disebut sebagai himpunan fuzzy karena
batasan-batasan ini mengandung nilai-nilai dalam rentang tertentu. Perhatikan
bahwa himpunan-himpunan fuzzy ini saling tumpang tindih (overlap) (contoh
antara 60° dan 66°). Secara sederhana hal ini berarti bahwa suatu besaran suhu
tertentu dapat merupakan anggota dari beberapa himpunan fuzzy. Contoh, dalam
waktu yang sama dapat dikatakan bahwa
suhu 64° “agak dingin” dan “termasuk medium juga”.
Pengendali logika fuzzy
digunakan untuk mengatur suhu ruangan
Pengendali fuzzy beroperasi berdasarkan
sekumpulan aturan-aturan if-then (jika-maka), yang dinyatakan dalam bahasa
sehari-hari manusia. Dalam contoh ini, kita dapat memiliki tiga aturan sebagai
berikut:
Aturan 1: Jika suhu dingin, maka perbesar
aliran gas.
Aturan 2: Jika suhu sedang, maka aliran
gas tetap (OK)
Aturan 3: Jika suhu hangat, maka perkecil
aliran gas.
Selanjutnya perlu didefenisikan nilai
untuk “perbesar aliran gas” dan perkecil aliran gas”. menunjukkan hal ini dalam grafik himpunan fuzzy. Disini kita dapat melihat
bahwa segitiga untuk “perkecil aliran gas” berhubungan dengan pemutaran tombol
gas ke kiri kearah posisi off (dari skala 1-5). Definisi untuk “aliran gas
tetap (OK) berhubungan dengan mempertahankan kedudukan tombol gas atau paling
banyak memutarnya satu skala dalam arah kiri ataupun kanan. Begitu juga dengan
definisi “perbesar aliran gas” berhunbungan dengan pemutaran tombol gas ke
kanan kearah on (dari skala 5-10). Dengan kedua grafik ini dan sekumpulan
aturan-aturan maka pengendali fuzzy dapat dioperasikan. Sebagai contoh, jika
suhu yang terukur pada sensor adalah 64°, maka blok quantisizer akan menentukan
bahwa 64° adalah 20% dingin dan 40%medium.
Hal ini berarti bahwa Aturan 1 memenuhi
pada bobot 20%, Aturan 2 memenuhi pada bobot 40%, dan Aturan 3 tidak memenuhi
(bobot 0%). Selanjutnya dibuat gambar grafik dengan saran-besaran yang diatur
sesuai keterpenuhan (bobot) aturan-aturan. Walaupun demikian,
tombol gas perlu dijalankan dengan perintah yang spesifik, sehingga perlu
dilakukan proses defuzzifikasi terhadap himpunan keluaran, dalam hal ini,
tujuannya untuk mencari suatu nilai rata-rata. Dalam kasus ini, diperoleh suatu
hasil pada sumbu horizontal dimana luas daerah dibawah kurva adalah sama pada
kedua sisi titik tersebut. Titik ini adalah titik pada posisi 1.86, yang
berarti bahwa tombol gas harus diputar ke skala 1.86. Hal ini masuk akal karena
pada suhu 64° F, agak terasa dingin sehingga diperlukan untuk menambah sedikit
aliran gas ke pemanas.
Sumber :
http://paparisa.unpatti.ac.id
http://kuliah-ai-ubibwi.blogspot.com/by: Ahmad Syifa Nailul W
Post a Comment
Jika ingin berkomentar, silahkan menggunakan kata-kata yang baku, berkomentarlah sesuai dengan tema yang dibahas. Dilarang untuk promosi dalam bentuk apapun, memaki atau hanya sekedar spam.
Terima Kasih Jika Anda bersedia mematuhi aturan dari admin..
Selamat menikmati..